Hamba seorang sudra
Hidup dengan menjalin
udara
Ditengah arahan
Sutradara
Dan para pelakon
sandiwara
Hamba
bermaksud menyelisik dan sedikit menggelitik
Karena
terusik akan hidup yang katanya ‘asik’
Banyak
hal pelik, hingga mata mendelik
Semoga
ini pekik membuat kita menjadi klik
1. Ada
pelakon pandai berlakon
Tergoda ia pada melik
Segala hal dibuat
‘asik’
Padahal, banyak yang
menjerit
Eh, siapa itu yang
menjerit?
Pasti dia tidak ‘asik’
Hidup selalu di burit
Tiap hari hanya tahu
mengerit
2. Ada
pelakon sedang berlakon
Sebentar-bentar merasa
terusik
Merasa diri paling
‘asik’
Padahal hidup karena
sensasi
Di sana mencicit, di
sini mencicit
Menyebar kicau
Menciptakan pering
Tapi siapa ambil
peduli?
Nyata benar! Sebagian
memberi aksi
Karena merasa budak
teknologi
Maka harus selalu
mengunjuk gigi
Tapi yang lain?
Diam tak beraksi
Menelan cicit di dalam
sepi
Toh, tidak berbeli
Hanya bermodal layar
televisi
3. Ada
pelakon tak sadar berlakon
Merasa ‘asik’ dengan
Sutradara
Mengambil alih arahan
Menjadikan naskah
sebagai gurauan
Membuat jiwa menangis
karena menggalau
Tapi, mengapa mereka menggalau?
Karena haluan selalu
mengigau
Makin banyak insan
meracau
Lalu ini salah siapa?
Salah Sutradara?
Salah pelakon
sandiwara?
Atau salah tiap jiwa
dalam menghadapi masa?
Membuat tiap zaman semakin
pelik?
Semoga pemirsa sudah
merasa klik
Mengatur pikir menjadi
‘asik’
Kembali pada naskah
Kembali pada arahan
Sutradara
Berdiri sesisi mencapai
isi
Merangkai masa menjadi
penuh asih
No comments:
Post a Comment