Lord, guide me!
Pada waktunya, segala sesuatu akan terbuka dan terpajang.
Aku menyakininya sebagai kebenaran. Bertahun-tahun aku hidup dan melihat
berbagai rupa manusia. Terkadang ia berusaha menebalkan temboknya dan menutupi
segala sesuatu yang ada di dalam dirinya. Atau, ia meruntuhkan tirainya dan
menghadapkan dirinya kepada khalayak umum. Aku tertawa jika hal-hal ini terjadi
dengan nyatanya di depan biji mataku. Namun, setelahnya aku akan mengangis
karena aku juga bagian dari mereka.
Hidup mengajarkan tiap insani untuk membuat perlindungan.
Rasa sakit, kecewa, dan perasaan ditipu yang terjadi terus-menerus, membentuk
insani tersebut. Aku tidak hanya mengatakannya tentang manusia. Demikian juga,
tumbuhan. Mereka dilengkapi dengan segala sistem perlindungan diri, karena hidup
itu keras dan susah. Beberapa memiliki duri dan yang lainnya memiliki racun. Namun,
ada kalanya insani merasa lelah dan menunjukkan siapa ia sebenarnya. Ini juga
sebenarnya merupakan usaha akhirnya dalam melindungi diri.
Aku melihatnya terjadi pada diriku. Beberapa rahasia
kututupi dengan sejuta kata-kata indah dan senyuman, hanya untuk mengelabui
sekitar. Beberapa aku buka, karena hanya demikian aku bisa memiliki kesempatan
untuk mendapatkan kehadiran dari sekitar. Terkadang, keberadaan insani lain menjadi
rasa aman yang kucari. Terkadang tontonan di bioskop, atau terkadang makanan
lezat dalam pengecapan manusia. Mungkin berbeda dengan dirimu yang sedang
membaca ini. Aku tidak tahu dengan apa biasanya engkau mencari rasa aman itu.
Tapi yang pasti, tiap insani, pasti memiliki barang satu saja, jika tidak
mungkin dua.
Aku tidak pernah menyalahkan mereka yang melakukannya
terhadapku. Membentuk perlindungan atau membuang kepalsuan mereka dan
menunjukkannya kepadaku. Yah, walau artinya selama ini mereka berbohong
kepadaku. Karena toh, aku juga demikian. Aku menerima apa yang mereka lakukan,
tapi terkadang karena kemanusiaanku, aku sakit hati dan memilih untuk tidak
melihat mereka lagi dalam sisa aku bernapas. Dan mungkin juga demikian mereka
yang pergi meninggalkan aku. Entah mereka tersakiti atau kecewa hingga meradang
hati. Yah, beginilah hidup. Alirannya selalu sama, tapi airnya tidak pernah
sama.
Hanya saja, ada beberapa hal yang kujaga untuk tidak aku
lakukan terhadap orang sekitarku. Aku selalu berusaha untuk tidak menjadikan
kelemahan terbesar mereka sebagai perlindunganku. Agak bajingan saja
rasanya menjadi batu di atas lumpur. Toh, karena beratnya, bukankah suatu saat
batu tersebut akan tertutup lumpur? Aku juga selalu berusaha menjaga apa yang
kuucapkan adalah apa yang kulakukan. Ini memang susah. Tidak juga aku berhasil
seratus persen, tapi tidak juga aku gagal seratus persen. Dan yang terakhir,
aku selalu berusaha untuk tidak memandang kejatuhan seseorang adalah kesempatan
menilai hidupku baik dan nyaman. Biasanya hal terakhir inilah masa yang paling
tepat membuat seseorang membuka tirai yang menutupinya. Menunjukkan siapa
dirinya yang sebenarnya. Siapa tidak senang dengan perasaan aman? Apalagi saat
bisa melihat keamanan itu tidak dimiliki yang lain. Tentu hebat menjadi
berbeda. Sadar atau tidak, kamu yang membaca ini, pasti pernah melakukannya.
Sedih melihat teman mendapat nilai jelek, tapi marah saat kau mendapat nilai
lebih jelek darinya.
Hidup memang keras dan susah. Membuat insani memiliki tujuan
berbeda dengan saat ia dilahirkan dan menjadikannya juga berbeda dari keadaan
ia seharusnya. Tapi, seberapa besarpun hal yang kita alami dan seberapa
besarpun usaha kita untuk melindungi diri, ada baiknya kita tetap melihat
sekitar dan tidak menyakiti mereka. Karena mereka adalah rasa aman terbesar
yang kita miliki untuk bertahan hidup.
No comments:
Post a Comment