Thursday, May 26, 2016

Monolog Musikal: Gumam, Gugat, Gigit oleh Gong 3



Membahas tentang keeksistensian diri, tidaklah pernah membosankan. Ada banyak rupa emosi yang akan muncul, saat sibuk berdiskusi akannya. Demikian juga yang aku rasakan saat menyaksikan pertunjukan monolog musikal yang dibawakan oleh GONG 3, di Galeri Kaya Indonesia pada hari Minggu, 22 Mei 2016 yang lalu. Dengan tokoh utama bernama Rahwana. Kemiripin nama dengan tokoh dalam dunia pewayangan yang begitu menyintai Shinta, namun tidak mendapatkan apa yang sangat ia cintai. Demikian juga tokoh rahwana dalam monolog musikal ini, yang tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.
Cerita diawali dengan tokoh utama yang berdiri diatas tumpukan balok berwarna biru, hijau, dan merah (saya berasumsi itu sebagai jiwa, pikiran, dan hati). Lalu menyerukan penggalan kalimat Rahwana yang diucapkannya kepada Shinta. Tapi bukan kisah itu yang ingin disampaiakan, demikian kata-kata ralat disambut dengan gelak tawa dari penonton. Cerita dilanjutkan dengan gumaman Rahwana, saat ia menanyakan pada ibundanya, mengapa ia dinamakan rahwana. Menurutnya nama itu identik dengan sesuatu yang jahat. Tapi ia akhirnya mendapatkan penjelasan, bahwa orang tuanya berharap ia akan mampu seperti rahwana yang mampu berkorban demi cinta.

Kisah dilanjutkan dengan serangkaian gumaman Rahwana akan kegiatan masa kecilnya. Ia dipaksa untuk mengikuti les modelling, tari, bahkan disuruh untuk ikut mengisi acara saat tujuh belas agustus-an. Namun, saat ia dewasa dan hendak menjadi seniman, sang ayah malah tidak menyetujuinya dan malah mengirimnya sekolah ke negeri paman sam. 
Rahwana pun menggugat, mengapa orang yang mengenalkannya kepada seni, justru tak mau mengijinkannya hidup dari seni. Amarah yang begitu besar dirasakan, namun tak dapat ia salurkan dan hanya menyisakan kata tanya 'mengapa'. Ada hal menarik dalam setiap amarah Rahwana. Sesosok wanita cantik selalu muncul menemaninya setiap ia merasakan amarah dan ketidaksukaan. Tapi sosok wanita itu akan segera pergi, saat rahwana merasakan cinta dan kebahagiaan. Terutama saat rahwana akhirnya merasakan cinta kepada seorang wanita bernama Shinta yang ia temui disebuah cafe di Amerika. Rahwana hendak mengenalkannya kepada orang tuanya sebagai calon pendamping hidup. Masalahpun kembali muncul. Kali ini bukan lagi pertentangan dengan orang tuanya, namun Shinta tak membalas cinta Rahwana. 


Amarah yang selama ini hanya disimpannya pun meledak. Rahwana mengigit dalam emosi dan amarah. Ditemani kembali oleh sosok penari wanita, terlihat bagaimana amarah itu semakin membesar. Dan klimaks dari monolog musikal ini terjadi disaat si penari wanita berubah memakai topeng, menari di atas balok-balok hijau dan merah, dan mengajak Rahwana untuk mengakhiri semua dengan kematian.

No comments:

Post a Comment