Beberapa minggu ini saya terpengaruh oleh lagu dari Mitski
yang berjudul ‘Nobody”. Lagunya cukup eksentrik dengan lirik pada refrain lagu
hanya nobody. Entah karena hidup saya
yang lagi kacau balau dan hancur parah, tapi mendengar kata nobody berulang
kali, membuat saya merasa memang saya tidak memiliki siapapun lagi.
Pernah engga kalian berpikir kenapa kalian ada di dunia ini?
Untuk apa atau karena apa?. Bertanya hal yang sama selama bertahun-tahun, dan
tetap juga tidak menemukan jawabannya? Saya memiliki agama, tapi jujur saja
saya tidak terlalu tertarik dengan agama. Jadi, saat saya berdiskusi tentang
arti hidup dengan teman saya yang beragama, mereka selalu mengaitkannya dengan
Tuhan dan kasihnya. Klise-tapi selalu sama jawabannya.
Atau ketika saya bertanya dengan teman saya yang tak memiliki
agama, jawabannya selalu dikaitkan dengan memiliki arti bagi sesama. Ini lebih
berat lagi buat saya. Memiliki arti bagi orang lain yang belum tentu saya
memiliki nilai bagi orang tersebut. Apa standarnya
coba???? Lalu kembali lagi kepada lagu dari Mitski, sepanjang lagu dia berusaha
mencari tahu fungsinya dalam sosial dan bagi dirinya sendiri, dan jawaban yang
ia temukan adalah ‘nobody, but you’.
Egois memang jika saya hanya menempatkan diri saya diatas
segalanya. Tapi kenyataannya, hanya diri sendiri yang paling mengerti dan mampu
menolong. Dulu saya percaya akan konsep keluarga akan selalu ada di sebelahmu. Atau
sahabat akan selalu menolongmu. Pada praktiknya, saya menjalani segalanya
sendiri. Tidak merasa sakit hati saat saya hanya menemukan diri saya sendirian
di tengah badai. Kebiasaan menjadikan saya melihatnya sebagai hal lumrah. Dan tanpa
sadar, saya menikmatinya sekarang.
Tapi belakangan ini pikiran sedang kalut, sekalutnya. Usia bertambah
seiring bertambahnya pikiran. Pantas saja ibu saya cepat mati, dia seorang
pemikir, bahkan saat tidak ada masalah, dia berpikir lebih banyak dari orang pada
umumnya. Bayangkan saat masalah datang, dia akan menyambutnya dan berdiskusi
dengan asik lebih lama dari biasanya. Mungkin ini salah satu warisan darinya
yang saya tidak dapat tolak. Dan semakin menjadi beberapa tahun belakangan ini.
Kadang saya lelah berpikir tentang arti bahagia, kematian, dan hidup itu
sendiri. Tapi saat saya tidak memikirkannya, ada yang hilang dari saya. Seakan kehilangan
jiwa dan hasrat. Lucu? Tapi saya menyintai rumitnya pikiran ini. Semakin rumit,
semakin saya terangsang untuk hidup.
Untuk kalian yang sedang membaca ini dan sedang merasa hal
yang sama, yakinlah kalau kalian memang sendirian. Tapi bukan berarti kalian
harus hancur dalam kesendirian kalian. Kalian masih bisa mengajak pikiran
kalian tenggalam ke alam bawah sadarnya dan sejenak berlari dari kenyataan
kepada khayalan. Berkhayal dan bermimpi segala sesuatu berjalan dengan cara dan
konsep yang kalian inginkan. Lupakan jika ada aturan dan belenggu kenyataan
yang memaksa kalian buat menahan rasa sakit dan tetap tersenyum. Sejenak, tapi
ampuh buat bertahan selama nyawa masih ada di dalam tubuh. Kecuali kalian ingin
menjajaki jalan pintas?
No comments:
Post a Comment